Kepala BSSN menganggap serangan siber Bjorka intensitasnya rendah

Rate this post

Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Hinsa Siburian, kembali angkat bicara terkait aksi peretasan yang dilakukan peretas Bjorka baru-baru ini. Menurut Kepala BSSN, serangan masih dalam intensitas rendah.

Kepala BSSN menganggap serangan siber Bjorka intensitasnya rendah

Hinsa Siburian mengatakan, klasifikasi serangan siber berupa pencurian data seperti yang dilakukan oleh hacker Bjorka masih tergolong dalam kategori low-intensity.
Baca juga

Kepala-BSSN-menganggap-serangan-siber-Bjorka-intensitasnya-rendah

5 poin penting tentang dugaan insiden kebocoran oleh peretas Bjorka
Karena netizen, Bjorka Hacker dianggap semakin buruk
Bocoran Hacker Bjorka, Mahfud MD Bahkan Tidak Merahasiakan Data Pribadinya
7 pejabat dan individu yang menjadi sasaran peretas Bjorka, Menteri Komunikasi dan Informatika Puan Maharani

Demikian disampaikan Kepala BSSN dalam jumpa pers di kantor BSSN di Sawangan

, Depok, Jawa Barat, Selasa (13/9/2020).

“Berdasarkan kategori atau klasifikasi serangan yang merupakan pencurian data, intensitasnya sebenarnya rendah,” kata Hinsa, seperti dilansir Suara.com (13/9/2020).

Secara keseluruhan, Hinsa Siburian menjelaskan bahwa intensitas ancaman serangan siber diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu rendah, sedang, dan tinggi.

Menurutnya, serangan siber dengan intensitas tinggi adalah yang melumpuhkan infrastruktur informasi vital.

“Jadi infrastruktur informasi vital ini merupakan sistem elektronik yang sudah digunakan di objek vital nasional kita,” imbuhnya.
Didukung oleh GliaStudio
Ilustrasi Peretas. (pixabay)

Terkait hal tersebut, bos BSSN kemudian menegaskan bahwa infrastruktur informasi vital nasional secara umum sejauh ini sudah berjalan dengan baik.

“Sistem elektronik untuk pelayanan publik berjalan dengan baik; masalah saat ini adalah data Bjorka didistribusikan dengan cara ini, ”katanya.

Oleh karena itu, kata dia, masyarakat tidak perlu terlalu khawatir dengan masalah kebocoran data nasional yang dilakukan oleh peretas yang menyamar sebagai Bjorka.

“Secara umum ini masalah data,” tambah Hinsa Siburian.

Dijelaskannya, BSSN melakukan proses forensik dan validasi digital terhadap data yang beredar. Jadi meskipun ada informasi yang valid dari data yang bocor, lanjutnya, validitas memiliki masa berlaku untuk menentukan apakah data tersebut merupakan informasi penting atau data terbaru.

“Setelah tes ini, ada juga data yang berulang. Jadi saya tidak bilang semua tidak sah, tapi ada yang sah, tapi ada juga yang masanya,” jelas Kepala BSSN itu.

Namun, isu peretasan data nasional belakangan ini perlu diingatkan akan pentingnya meningkatkan keamanan siber, terutama karena ancaman serangan siber yang mungkin terus meningkat.

“Jadi tidak boleh sombong, ‘Oh kita kuat, sistem kita yang terbaik’, tidak apa-apa. Untuk alasan apa? Teknologi berkembang, hacker dan ancaman meningkat,” kata Hinsa Siburian.

Demikian keterangan Kepala BSSN yang menyebutkan bahwa serangan siber yang dilakukan oleh para peretas Bjorka masih tergolong intensitas rendah.

Baca Juga :

https://pdamlebak.co.id